Cerita sebelumnya : Aku bermimpi lagi tentang Diko yang kenyataannya sudah tidak ada. Susah untuk dimengerti tentang kepergian Diko yang tiba-tiba saja setelah Diko menyatakan perasaannya kepadaku.
“DIKOOOOO!!!!!”, teriakan itu reflex terjadi ketika aku melihat seujar tubuh Diko tergeletak di jalan dengan tubuh yang berlumuran darah. “Diko!! Diko!! Please bangun Diko!!”, ucap ku yang terus berusaha untuk membangunkan Diko tapi usaha ku gagal. “Tolong tolong, tolong bantu bawa dia ke mobil saya, ayo tolong tolong”, Dinar pun langsung dengan cepat untuk membawa Diko ke rumah sakit.
“Dok dok gimana keadaan Diko dok?”, tanyaku kepada dokter yang baru saja keluar dari ruang dimana Diko diperiksa. “Maaf, kami sudah mencoba sekuat tenaga kami”, ucap dokter itu dengan muka yang lemas dan langsung pergi meninggalkan aku dan Dinar saat itu. Aku pun tak percaya dengan ini semua. Tiba-tiba dari kejauhan lorong rumah sakit itu, datang seorang wanita yang terlihat sangat panik saat itu. “Benar ini kamarnya Diko?”, tanya wanita itu. “Benar, anda siapa ya?”, jawab Dinar. “Gue Kristina, pacarnya Diko. Gimana keadaan Diko?”, jawabnya dengan cepat. Apa? Pacarnya Diko? Engga, engga mungkin. Beberapa jam yang lalu Diko baru saja menyatakan perasaannya padaku tapi kenapa tiba-tiba pacarnya datang ke rumah sakit ini. Apa yang terjadi sebenarnya? “Gimana keadaan Dikooooo?”, tanya wanita itu sekali lagi dan kini wanita itu mulai mendesak kami untuk memberitahu keadaan Diko padanya. “Diko…Diko…”, ucap Dinar perlahan, mungkin Dinar tidak mau menyakiti perasaan wanita itu. “Diko sudah tidak ada”, jawabku dengan cepat. “Apa? Lo pasti bohong kan? Lo pasti bohong!!! Diko!!!”, tiba-tiba keadaan rumah sakit menjadi histeris. Kami pun mencoba menenangkan keadaan wanita yang mengaku sebagai pacarnya Diko itu.
Taman itu cukup sepi waktu itu. Aku pun akhirnya berkesempatan untuk menanyakan sebuah kebenaran tentang siapa wanita itu sebenarnya. “Sebenernya kamu itu siapa ya?”, tanyaku agak takut. “Gue Kristina, pacarnya Diko”, jawab wanita itu cepat dengan mata masih setengah menangis. “Ga mungkin, Diko belum punya pacar”, ucapku sambil menepis semuanya, seakan tidak percaya. “Maksud lo apa? Gue sama Diko udah jalan 1 tahun lebih”, jelas wanita itu agak kesal karena terlihat dari cara bicaranya. “Terus lo siapa emang?”, ucap wanita itu lagi. “Gue Belle, sahabatnya Diko dan…sejam sebelum kepergian Diko, Diko baru aja nyatain perasaannya sama gue”, jelas ku tiba-tiba. “Apa? Maksud lo Diko mau nyelingkuhin gue?”, tanya wanita itu makin kesal. “Gue ga tau tapi yang gue tau Diko itu ga punya pacar, makanya gue tanya itu sama lo”, jelasku. “Gue sama Diko udah jalan lebih dari 1 tahun terus gue denger dia mau ke Bandung karena kangen sama temennya jadinya gue izinin dia ke Bandung tapi ga taunya ini malah kayak gini”, jelas wanita itu panjang. Kelihatan dari mukanya, dia sangat sedih saat itu. Begitu juga aku, kehilangan seorang sahabat yang sudah kuanggap abangku sendiri. “Gue sebenernya mau ngadain banyak rencana sama Diko, gue rencana bakal liburan ke beberapa tempat di Bali terus di tahun kedua, gue rencana akan bertunangan sama Diko tapi sekarang semuanya sia-sia kan, Diko udah ga ada”, tiba-tiba wanita itu cerita semuanya padaku dan menangis untuk beberapa kali. “Semua karena lo kan, coba kalo Diko ada di Jakarta dan ga mau nemuin lo di Bandung, dia ke Bandung cuma demi lo dan sekarang dia udah pergi. Ini semua karena lo!! Karena lo!!!.......”,
“DIKOOOO!!!!”, aku pun terbangun tiba-tiba dan seakan tak percaya. “Diko, Kristina itu…apa benar?”, ucapku seakan tak percaya. Mimpi ini aneh, apa benar Diko sudah punya kekasih saat ini? Tok…tok…”Belle, ada Dinar diluar, bangun bangun”, ucap Mama dari depan pintu kamar ku. Aku pun langsung bangun dari tempat tidur dan membereskan rambut ku yang masih acak-acakan. Aku pun kebawah untuk menemui Dinar. “Hai Belle, baru bangun tidur ya?”, tanya Dinar waktu itu. “Iya, oh iya aku mimpi……”, ucapan ku yang belum selesai dilanjutkan oleh Dinar. “Mimpi Diko kan? Pasti iya”, ucapnya dengan pasti. “Iya benar, kali ini mimpiku aneh. Kita harus cari tahu hal ini”, jelas ku. “Memang mimpimu apa?”, tanya Dinar heran. “Aku mimpi kalo Diko udah punya pacar di Jakarta saat ini”, jawabku. Aku tidak mau tahu, aku harus cari tahu ini semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar