Senin, 08 Agustus 2011

short story - A DREAM

Hari yang indah untuk memulai hari ini. Matahari bersinar cerah. Burung-burung bernyanyian di luar sana. Udara dingin yang sejuk di Bandung. Plukkk!! Sebuah buah-buahan kecil mendarat di kepalaku. “Heh Le!!”, ucap seseorang dari belakang ku. Aku pun menengok k earah suara itu berasal. “Diko?”, aku pun kaget. Diko adalah teman kecilku. Kami sudah bersahabat sejak lama tapi ketika aku mulai kuliah di Bandung demi meraih masa depanku, aku dan Diko terpaksa berpisah. “Hai Belle”, ucapnya sambil tersenyum ke arahku. Aku pun langsung mendekatinya. “Ko lo bisa ada di Bandung? Tau dari mana rumah gue yang di Bandung?”, tanyaku masih kaget akan keberadaannya. “Gue itu anaknya Tuhan jadi dikasih tau sama Tuhan haha lo mau kuliah ya?”, ucapnya sambil sedikit bercanda padaku. “Iya, baru aja mau berangkat”, jawabku. “Ya udah, gue anter ya? Sekalian gue jalan-jalan keliling Bandung”, jelasnya dengan senyuman manis. “Hem…oke”, aku pun langsung menyetujuinya. Aku dan Diko sudah seperti kakak beradik. Dia kakaknya dan aku adiknya. Semua masalah hidup ku, dia pasti tau. Dari masalah pacar sampai masalah keluarga pun juga. Sejak aku berpisah dengan papa, aku pun harus mandiri dan selama ini Diko lah yang membantuku untuk mencari-cari uang tambahan. Memang aku kuliah sambil bekerja tapi itu cukup mengasyikan, karena aku tidak mau terlalu membebani mama. Papa pergi karena masalah materi. Papa ternyata tidak bisa menerima keadaan keluarga ku yang serba pas-pasan tapi akhirnya aku berusaha dan dapat beasiswa di salah satu universitas di Bandung.
            “Sampai nanti ya”, ucap Diko ketika aku turun dari mobilnya. “Hah?”, aku terlihat sedikit bingung dengan maksud ucapannya itu. “Iya, lo ga mau kan kalo gue keliling Bandung sendirian?”, jelasnya. “Oh haha oke, gue masuk dulu ya”, ucapku yang terburu-buru untuk masuk ke dalam kampus. Aku pun segera masuk ke dalam kampus dan Diko segera membawa mobilnya keluar dari area kampus. Jadi, nanti aku harus pulang sama Diko? Gimana dengan Dinar? Pikirku dalam hati. “Hai Belle”, ucap salah seorang laki-laki dari belakangku. Aku pun menengok ke arah suara itu. “Dinar?”, aku pun langsung kaget, baru saja dipikirkan sudah langsung muncul orangnya. Dinar adalah kekasihku. Sudah lebih dari setahun kami menjalin hubungan. “Kenapa? Kamu ko kayak kaget gitu?”, tanyanya heran melihat ekspresi muka ku yang terlihat cukup kaget dengan kedatangannya. “Oh gapapa, cuma kaget aja kamu tiba-tiba ada di belakang hehe ayo ke kelas yuk, bentar lagi bel”, jawabku berusaha mengalihkan pembicaraan.
            “Lo dimana? Gue udah di depan kampus lo nih, tempat tadi gue nurunin lo”, tanya Diko di telfon. “Ah gue…iya iya gue keluar ya”, jawabku pelan-pelan takut Dinar mendengarnya. “Aku keluar dulu ya”, ucapku pada Dinar dengan tergesa-gesa lalu langsung keluar kampus. “Kamu mau ke….”, belum selesai Dinar bicara tapi aku pun sudah berjalan keluar. Aku pun menuju tempat dimana mobil Diko diparkirkan. Kudapati mobilnya. “Ayo naik”, ucap Diko singkat waktu mendapati aku sudah berada di depan mobilnya. Aku pun segera naik. Mobil pun segera melaju kencang. Di tengah perjalanan aku pun bertanya, “Mau kemana?”. “Nanti lo juga pasti tau”, jawabnya singkat.
            Aku pun tiba disuatu tempat yang kuanggap tempat itu adalah tempat yang indah. Selama aku di Bandung, belum pernah ku lihat tempat itu. “Tempat apa ini?”, tanyaku heran. “Sini”, Diko pun mengajakku mendekat ke danaunya dan tiba-tiba terdapat tulisan indah yaitu, “I LOVE YOU”. Aku pun kaget dan diam untuk sejenak. “Gue suka sama lo Le, lo emang sahabat gue tapi ga salah kan kalo gue suka sama lo?”, jelas Diko. Apa Diko baru saja menyatakan perasaannya padaku? Diko sahabatku? Engga mungkin, aku punya Dinar saat ini dan hubungan kami sudah berjalan selama satu tahun. “Belle, gimana?”. “Belle”, ucap seorang laki-laki tiba-tiba dari balik pohon yang rindang di dekat situ. “Dinar?”, ucapku kaget. “Maaf aku udah punya Dinar, kita sahabat Diko”, ucapku tiba-tiba pada Diko. Karena aku tidak mau menyakiti perasaan Dinar orang yang aku sayangi. Diko pun pergi dan menyalakan mesin mobilnya dan segera pergi dari tempat itu. BRUKKKKK!!! DIKOOOO!!!
            “DIKOOO!!!!”. “Belle, Belle, kamu kenapa? Kamu mimpi tentang Diko lagi?”, ucap Dinar tiba-tiba saat menyadari aku terbangun dan segera memanggil nama Diko. Aku yang sedang terbaring lemas di rumah sakit saat itu bermimpi tentang Diko untuk kesekian kalinya. “Diko udah pergi dengan tenang, jangan khawatir ya, dia sama Tuhan sekarang”, ucap Dinar sambil tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya itu. Diko memang sudah tidak ada tapi Diko tetap sahabatku dulu, sekarang dan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar